PENGERTIAN HUJAN METEOR



Pada malam yang cerah kadang kita melihat ada bintang yang sangat terang bergerak sangat cepat bahkan ada yang seolah-olah jatuh ke bumi. Fenomena bintang jatuh ini disebut meteor. Ada kalanya meteor-meteor ini muncul dalam jumlah banyak dan tampak berasal dari satu titik di langit. Fenomena ini disebut hujan meteor (meteor shower). Jika dipotret dengan kamera yang bisa mencakup seluruh langit (all-sky camera) dengan waktu pemotretan cukup lama maka bisa diperoleh gambar yang sangat menarik seperti pada Gambar 1.


Gambar 1 Hujan meteor Leonid 1998
(kredit: Astronomical Observatory Modra, Slovakia)

Dalam setahun, ada 10 hujan meteor yang jumlah meteor per jam-nya di atas 10. Hujan-hujan meteor ini disebut major shower sedang hujan-hujan meteor yang lebih kecil disebut minor shower. Jika jumlah meteornya sangat banyak hingga di atas 10 ribu per jam maka fenomenanya disebut badai meteor (meteor storm) seperti badai meteor Leonid yang terjadi pada 16/17 Nopember 1966. Ketika itu jumlah meteornya mencapai 200 ribu dalam satu jam.

Tingkat aktivitas hujan meteor dinyatakan dalam zenithal hour rate (ZHR) yang didefinisikan sebagai jumlah meteor dalam satu jam yang akan diamati oleh seorang pengamat ‘ideal’ saat kondisi langit tanpa awan dan benar-benar gelap dengan arah datang meteor tepat di atas kepala pengamat (disebut zenith). ZHR selalu lebih besar daripada jumlah yang sebenarnya teramati.


Hujan meteor disebabkan oleh masuknya debu-debu komet ke atmosfer bumi ketika bumi melintasi kumpulan debu-debu tersebut dalam peredarannya mengililingi matahari. Misalnya, ketika bumi melintasi kumpulan debu yang ditinggalkan oleh komet Tempel-Tuttle sehingga terjadi hujan meteor Leonid (lihat Gambar 2). Karena ukurannya kecil (hanya seukuran pasir), debu-debu komet ini umumnya habis terbakar hanya dalam waktu beberapa detik saja. Debu-debu komet terbentuk saat komet melintas dekat matahari akibat berinteraksi dengan angin matahari.


Gambar 2 Bumi melintasi kumpulan debu yang ditinggalkan komet Tempel-Tuttle

Selain indah dilihat, proses ionisasi yang terjadi saat meteor terjadi mampu menghasilkan lapisan tertentu dalam atmosfer bumi yang disebut lapisan E-sporadis. Lapisan ini dapat memantulkan gelombang radio frekuensi tinggi (30–300 MHz) sehingga bisa digunakan untuk komunikasi pada gelombang ini.

Adapun bahayanya, hujan meteor dapat mengganggu bahkan merusak satelit yang sedang beroperasi. Walaupun ukurannya kecil, partikel-partikel debu memiliki laju yang sangat tinggi (mencapai 70 km/dtk untuk hujan meteor Leonid) sehingga mampu merusak lensa, cermin, atau bagian-bagian lain yang rapuh pada satelit. Selain itu, tumbukan dengan komponen satelit (misalnya panel surya) bisa membangkitkan awan bermuatan listrik (disebut awan plasma) yang mampu mengakibatkan hubungan singkat antar komponen satelit seperti yang dialami oleh satelit Olympus pada 1989.

Tidak perlu dikhawatirkan ada anggota hujan meteor yang menghantam permukaan bumi sebab pada umumnya debu-debu tersebut habis terbakar di atmosfer karena ukurannya yang kecil.

Bagaimana mengamati hujan meteor?

Hujan meteor akan tampak berasal dari sebuah titik di langit (disebut radian) di dekat rasi yang mendasari nama hujan meteor tersebut. Misalnya, hujan meteor Leonids tampak berasal dari rasi Leo, hujan meteor Orionids tampak berasal dari rasi Orion. Tidak diperlukan alat untuk mengamati hujan meteor. Cukup dengan berbaring memandang ke langit. Tabel 1 memperlihatkan 11 buah hujan meteor yang populer terjadi setiap tahun.
disarikan : http://rachmanabdul.wordpress.com/


Artikel Yang Disukai :



 
Copyright © SERBA SERBI | Powered by Blogger